Sejarah Ugamo Malim Yaitu Agama Asli Suku Batak

Sejarah Ugamo Malim Yaitu Agama Asli Suku Batak

Ugamo Malim merupakan salah satu ajaran atau kepercayaan lokal yang diyakini oleh sebagian orang Batak. Adapun Ugamo Malim ini diperkirakan sudah ada sejak zaman kuno. Para penganut Ugamo Malim berpendapat bahwa ajaran ini muncul sekitar 3.000 tahun yang lalu. Namun, saat itu, namanya bukan Ugamo Malim dan hanya berbentuk kepercayaan dengan ajaran secara lisan. Ugamo Malim baru berbentuk lembaga setelah Sisingamangaraja meninggal dunia pada 1907.

Orang-orang di suku Batak memiliki kepercayaan awal sebelum seperti sekarang ini menganut agama Kristen Katolik, Kristen Protestan maupun Islam. Kepercayaan yang kerap disebut agama pertama orang Batak ini disebut Ugamo Malim (kepercayaan Malim). Ugamo Malim ini sering dikenal dengan Parmalim. Ugamo malim merupakan sebuah agama tradisional yang berasal dari masyarakat Batak.

Mengenai perkembangannya saat ini tidak ada data pasti mengenai jumlah pengikut Ugamo Malim akan tetapi pengikut aliran ini hampir semuanya berasal dan berdomisili di Provinsi Sumatra Utara atau tepatnya  di Kabupaten Toba Samosir. Berdasarkan data BPS tahun 2010-2015 diketahui penganut Agama Parmalim tercatat hanya sekitar 300 jiwa orang.

Sejarah Berdirinya Kota Padang
Terdapat 2 buah versi mengenai sejarah berdirinya kota Padang yaitu: versi Tambo dan versi Hofman seorang opperkoopman di Padang pada tahun 1710 dan juga pengarang mengenai adat dan sejarah Minangkabau (terutama adat matrilineal). Opperkoopman sebutan pada wakil Belanda untuk suatu daerah yang belum…

Sejarah Munculnya Ugamo Malim

Ugamo Malim yang merupakan agama lokal bagi sebagian masyarakat Batak muncul sejak era kuno. Bahkan, Ugamo Malim diperkirakan muncul sejak 3.000 tahun sebelum masehi. Para penganut Ugamo Malim menilai bahwa Raja Ihat dan Boru merupakan manusia pertama orang Batak. Raja Ihat dan Boru dipercaya oleh para penganut Ugamo Malim sebagai manusia pertama yang diturunkan di dunia.

Dari Raja Ihat dan Boru inilah yang menjadi bagian dari keyakinan para penganut Ugamo Malim. Sementara itu, para penganut Ugamo Malim menganggap bahwa Tuhan Debata Mulajadi Naboloh merupakan pencipta manusia, langit, alam semesta, bumi dan segala isinya.

Sejarah Asal Usul Kota Barus
Penetrasi kebudayaan Hindu yang berasal dari India Selatan dan masuk melalui suatu kota pelabuhan yang dulu mungkin merupakan salah satu kota dagang tertua, terbesar dan paling internasional dibandingkan dengan kota-kota pelabuhan manapun di Kepulauan Nusantara ini seolah-olah terlupakan. Apalagi s…

Orang-orang yang percaya aliran Ugamo Malim disebut sebagai seorang Parmalim. Biasanya Parmalim tersebar di berbagai daerah Sumatera Utara, tepatnya di daerah Danau Toba seperti Samosir, Tapanuli Utara, Toba, Humbang Hasundutan, dan Simalungun. Parmalim menyebar di daerah berpopulasi Batak lainnya seperti di Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Dairi dan Pakpak Bharat. Keyakinan Parmalim adalah mengakui satu Tuhan sebagai pencipta alam semesta, biasa disebut Mulajadi Nabolon atau Sang Awal Penjadi Yang Agung.

Ugamo Malim merupakan sistem agama kuno yang belum berbentuk organisasi agama yang memiliki struktur dan jenjang yang kaku. Ugamo Malim ini berlanjut dari dulu dan dianut oleh masyarakat Batak jauh sebelum masuk agama Kristen Protestan,  Kristen Katolik maupun Islam.

Ugamo Malim eksis di Sumatera Utara hingga abad ke 19 sebelum zaman penjajahan. Pada 1880 yaitu ketika Belanda mulai masuk wilayah Sumatera Utara dengan membawa agama mereka yaitu Kristen dan dianggap menyingkirkan eksistensi Ugamo Malim. Saat itu, Ugamo Malim belumlah dikenal sebagai sebuah agama yang terorganisasi atau dilembagakan melainkan hanya sebuah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau Debata Mulajadi Nabolon. Salah satu tokoh yang menganut Ugamo Malim adalah Sisingamangaraja XII. Ia dianggap sebagai nabi bagi penganut Ugamo Malim.

Sejarah agama Ugamo Malim dimulai dari masa kepemimpinan Sisingamangaraja XII yang saat itu sedang mengalami banyak masalah sosial, ekonomi dan politik. Bahkan pengaruh agama dan budaya asing juga mengguncang kebudayaan Batak saat itu. Sisingamaraja XII berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan agama asli suku Batak dengan mengembangkan ajarannya sehingga diberi nama Ugamo Malim. Setelah Sisingamaraja XII tewas maka pelestarian agama ini dilanjutkan Nasiakbagi. Karena itu pula maka Sisingamangaraja XII dianggap sebagai nabi bagi penganut Ugamo Malim.

Tata Cara Ibadah Ugamo Malim

Uniknya, Parmalim selalu melaksanakan ritual atau ibadah yang rutin di setiap hari Sabtu karenanya ada istilah Marari Sabtu. Ibadahnya bermakna wujud rasa syukur, memuji dan memuliakan Mulajadi Nabolon. Selain Marari Sabtu maka pada Ugamo Mulim juga melaksanakan acara ibadah lainnya seperti Pameleon Bolon yaitu ibadah ritual dalam rangka syukuran kehidupan. Dilaksanakan pada bulan kelima (sipaha lima).

Terdapat juga ritual pengampunan dosa yang lebih dikenal dengan nama Mangan Napaet dimana ibadah yang dilakukan pada bulan ke-12 dengan tujuan memperingati lahirnya utusan Tuhan. Dirayakan di hari kedua dan ketiga bulan satu, sesuai dengan kalender Batak.

Makna Ugamo Malim dan Parmalim

Masyarakat Batak meyakini aspek agama yang erat maknanya sebagai tanda kehidupan dan anugerah Mulajadi Nabolon. Mereka bersyukur dan berserah diri kepada sang pencipta sebagai sumber kehidupan. Dalam Ugamo Malim terdapat juga berbagai ritual atau upacara persembahan kepada Mulajadi Nabolon. Mulai dari patik (persiapan perlengkapan), mang-ugamo-hon (persiapan ritual dan pelean) dan ugamo (penataan).

Parmalim sendiri adalah orang yang percaya serta menghayati agama Ugamo Malim. Nah, orang-orang yang ikut serta dalam persiapan pelaksanaan upacara ritual disebut Parugamo atau Parugama.

Dalam bahasa Batak itu sendiri terdapat istilah Punguan yang artinya sekumpulan orang yang melakukan kegiatan dengan satu kepentingan dan tujuan. Begitu juga dalam agama Ugamo Malim maka perkumpulan penganut disebut Punguan Parmalim.

Revitalisasi Ugamo Malim Sebagai Agama Yang Terorganisasi

Belanda yang mulai menginvasi Sumatera Utara mengancam nyawa Sisingamangaraja XII. Saat itu, Sisingamangaraja XII menjadi salah satu tokoh yang berjuang melawan upaya penjajahan Belanda di Sumatera Utara. Sebelum Sisingamangaraja meninggal dunia pada 1907 maka ia berpesan kepada Lanja Naipospos untuk terus menyebarkan dan melestarikan kepercayaan orang Batak kepada Debata Mulajadi Nabolon.

Kapten Yonker Pasukan Elit Belanda Asal Ambon Di Batavia
Kapten Yonker dan Aru Palaka adalah orang-orang yang turut memperkuat pasukan Belanda. Pasukan yang mereka pimpin sewaktu di Minangkabau cukup membuat repot karena keberanian dan keahlian berperangnya. Meskipun Kapten Yonker dan Aru Palaka ini berperang untuk pasukan Belanda namun kehebatan mereka d…

Setelah munculnya Raja Nasiakbagi yaitu seorang penerus Sisingamangaraja. Ia kemudian dikenal sebagai Malim Debata yang pertama kali mencetuskan agar Ugamu Malim dilembagakan sebagai agama. Raja Nasiakbagi diberi amanah mendirikan Bale Pasogit maka Raja Mulia pun bernubuat melakukannya dengan meminta izin kepada pemerintah Belanda di Balige sekitar tahun 1913. Pemerintah Belanda pun menyelidikinya maksud dan tujuan pembangunan rumah ibadah ini.

Pada Tahun 1921, Belanda akhirnya mengizinkan Raja Mulia membangun Bale Pasogit di Hutatknggi, Laguboti melalui surat per tanggal 25 Juni 1921. Setelah dibangun maka upacara Ugamo Malim pun mulai dilaksanakan secara terbuka dan berkembang pesat. Dan sejak saat itu maka Ugamo Malim menjadi ajaran bagi sebagian orang Batak yang sudah terorganisasi.

Topik Terkait

Sejarah NusantaraWisataArkeologi

Topik Lanjutan