Sejarah Dataran Jakarta, Sungai dan Pulau Pulau nya

Sejarah  Dataran Jakarta, Sungai dan Pulau Pulau nya

Jakarta yeng kini merupakan sebuah kota beşar metropolitan, terletak di sebuah teluk yang pada peta dikenal pula sebagai teluk Jakarta. Batas-batas teluk ini ialah antara 106,40' dan 107,0', garis bujur Timur.

Teluk ini dilingkungi oleh pulau-pulau seperti: Pulau Damar Besar, Pulau Air Besar, Pulau Nyamuk Kecil, Pulau Nyamuk Besar, Pulau Air Kecil, Pulau Damar Kecil, Pulau Gosong, Pulau Kelor, Pulau Sabit, Pulau Rambut dan banyak lagi. Pulau-pulau tersebut mengingat jumlahnya yang banyak dinamakan pula Kepulauan Seribu. Berdasarkan jenis batu-batuannya pulau-pulau itu merupakan pulau-pulau karang.

Berdasarkan penelitian dengan alat Secchi, contoh tanah dasar laut dan kadar garam, menunjukkan bahwa dibagian Timur Teluk Jakarta selama angin musim Barat membuat  syarat-syarat untuk pertumbuhan karang-karang tidaklah baik, sehingga tidak akan ditemukan karang-karang yang hidup.

Berdasarkan potret-potret Udara, Cisadane dahulu bermuara di sebelah Barat dari teluk Jakarta, dan Citarum bermuara jauh lebih ke Timur. Pada waktu itulah malahan sebelah Baratlah yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk pertumbuhan karang.

Bahwa pulau-pulau karang ini hanyalah dibagian Barat teluk Jakarta dapatlah diperkirakan berhubungan dengan keadaan geologi tanah dibawahnya. Hal ini berarti bahwa dasar batang beting-beting itu bukanlah lumpur, melainkan dasar tanah yang jauh lebih dalam lagi.

Jalannya garis pantai ditentukan oleh perkembangan yang sama antara kedatangan lumpur- lumpur dan empasan. Kekurangan lumpur berakibat rusaknya pantai şampai pembuangan yang tercapai lagi. Empasan berpengaruh pula kepada pembentukan beting-beting.

Bahan-bahan untuk beting-beting tersebut sebagian beşar dibawa oleh sungai-sungai, karena kebanyakan beting-beting pantai berhubungan dengan jalannya sungai-sungai sekarang atau dahulu.

Pulau-pulau ini sejak zaman-zaman yang lampau merupakan pelindung-pelindung bagi teluk Jakarta tersebut sehingga memberi keuntungan pula bagi sistim perairannya dimana kapal-kapal dapat berlabuh dengan tenang. Di belakang garis-garis pantai terbentang dataran yang merupakan dataran sepanjang pesisir Utara Pulau Jawa.

Apabila lebar dataran pesisir Utara Jawa-Barat ada 40 Km, maka dataran alluvial dibagian tengah daerah dekat Kota Jakarta sendiri lebih kurang 7 Km. Hal ini disebabkan karena pembentukannya oleh beberapa sungai kecil antara lain Kali Angke dan Kali Ciliwung.

Sedang kearah Barat bertambahlah lebarnya kira-kira 15 Km dikarenakan Cisadane membentuk delta yang sekaligus membentuk batas-batas dataran teluk Jakarta di sebelah Barat.

Di sebelah Timur dataran alluvial Jakarta itu juga melebar şampaİ 35 Km disebabkan pembentukan delta yang luas pula oleh Kali Bekasi dan Citarum yang menjadi batas dataran teluk Jakarta di sebelah Timur.

Dataran alluvial daerah Jakarta dan sekitarnya terjadi karena pengendapan-pengendapan lumpur deri daarah pegunungan yang dibawa oleh şungai-sungai seperti Cisadang, Ciliwupg, Kali Bekası dan sebagainya. Endapan puing yang berbentuk kipas dari Bogor yang terdiri dari bahan-bahan vulkanis yang berasal dari gunung-gunung api Pangrango, Gede dan Salak, merupakan daerah datar tersebut.

Endapan puing tersebut memencar seperti kipas ke arah Utara, sehingga terbentuklah penyaluran air yang berarah radiair seperti Cisadane mengalir ke Barat dan Kali Bekasi ke arah Timur. Lumpur yang dibawa air kemuka endapan puing berkipas tersebut tidaklah seberapa banyaknya, sehingga lambat laun terbentuklah teluk Jakarta.

Menurut Dr. Verstappen, lembah Cisadane dahulu menunjukkan bahwa sungainya sendiri pada zaman itu tidak mempunyai kekuatan pengikisan yang besar, sehingga dapat diperkirakan letak sungainya dahulu tidak seberapa tinggi.

Lembahnya terletak beberapa Km. sebelah Barat Cisadane sekarang dan menyusur tepi Barat endapan puing kipas itu. Karenanya diduga bahwa miringnya endapan puing berkipas baru terjadi kemudian.

Di dalam Lembah Cisadane sekarang ditemukan bahan-bahan baru yang mengisi lembah itu. Didalam pengisian lembah Cisadane sejak zaman itu kira-kira 8 meter yang disertai pula dengan pembentukan tanah-tanah datar bertingkat tingkat yang banyak jumlahnya.

Sebabnya pengisian lembah itu dengan bahan-bahan baru ialah dikarenakan naiknya permukaan air laut sesudah zaman Es Wurm. Tanah dataran sepanjang pantai yang terbentuk sejak zaman Holoceen muda. Verstappen mengambil kesimpulan bahwa berdasarkan kecepatan pengendapan lumpur ditepi pantai sekarang ini maka tanah dataran teluk Jakarta berumur 5.000 tahun yang lalu. Lapisan-lapisan tanah yang teratas dari endapan puing berkipas diperkirakan berasal dari zaman Holoceen tua atau setidak-tidaknya dari pertengahan Holoceen.

Topik Terkait

Sejarah NusantaraBataviaArkeologiPendidikan

Topik Lanjutan