8 Jam di Surabaya yang Cantik dan Bersejarah

8 Jam di Surabaya yang Cantik dan Bersejarah

Di Kenal dengan julukan Kota Pahlawan, Surabaya menyimpan kisah istimewa tentang perjuangan. Sudut-sudut kota menjadi saksi keberanian rakyat melawan penjajah. Delapan jam cukup untuk berwisata menelusuri jejak sejarah perjuangan.

Mari memulai dari Monumen Tugu Pahlawan, ikon kebanggaan Surabaya. Monumennya berbentuk paku terbalik yang  menjulang setinggi 41, 15 meter di tanah seluas 1,3 hektare.

Apa yang bisa kita lihat? Mulai mobil Opel Kapitan milik Bung Tomo, senjata perang berupa mortir 22 mm dan meriam PSU 40 mm hasil rampasan dari tentara sekutu, sampai patung-patung tokoh Surabaya.

Di bawah lapangan Monumen Tugu Pahlawan itu, terdapat Museum Sepuluh Nopember Surabaya yang memajang 145 koleksi yang dipamerkan berupa senjata, seragam, radio, mobil, kaset, dan lain-lain. Ada juga hall of fame, patung para pejuang, setting peristiwa penting yang dirangkum dalam delapan diorama statis, serta penayangan film pertempuran diorama elektronik.

Koleksi primadona adalah radio tua milik Bung Tomo, Yang dipakai untuk menyiarkan pidatonya. Rekaman pidato Bung Tomo dengan suara berapi-api, juga bisa didengarkan di sini.

Bila kita hapal lagu kebangsaan "Indonesia Raya"? Penciptanya, Wage Rudolf (WR) Soepratman meninggalkan jejak sejarah pentingnya di Surabaya. Lewat gesekan biolanya, Soepratman dituduh menghasut perlawanan rakyat lalu diburu Belanda. Dia bersembunyi di rumah kakak sulungnya Roekijem Supratijah van Eldik di sebuah gang sempit di Jalan Mongga 21.

Hanya ada dua ruangan di sini, dipenuhi replika biola, foto-foto, dan tulisan tangan Soepratman. Museum dijaga warga setempat, Yong siap membukakan Pintu bila tamu memiliki izin masuk dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disparta) Kota Surabaya. Jadi, sebelum mampir, telepon dulu ya!

Rumah lain yang layak dikunjungi adalah kediaman Guru Bangsa, HOS Tjokroaminoto. Rumah ini menjadi salah satu situs bersejarah bukan saja hanya karena pemiliknya seorang pemimpin organisasi pertama di Indonesia, Sarekat Islam, melainkan juga karena pernah menjadi tempat tinggal Soekarno sang presiden RI. Rumah tua berukuran 9x 13 meter ini memajang banyak foto hitam putih, termasuk foto Bung Karno saat menjadi murid Hoogere Burgerschool (HBS).

Ahli waris HOS Tjokroominoto menyerahkan rumah ini pada Pemerintah Kota Surabaya untuk dipelihara. Siapa pun boleh masuk dan melihat-lihat isinya, gratis. Meski terbuka untuk umum, kondisi rumah selalu terkunci dengan jendela-jendela atas terbuka. Di tembok tertempel tulisan untuk menghubungi nomor telepon
081230866658 milik Ketua RT Eko Hadi Ramo, yang dipercaya sebagai pemegang kunci rumah.

Terakhir, jangan lupa mampir ke Monumen Kapal Selam (Monkasel). Monkasel adalah kapal selam asli, pernah dipakai TNI-AL untuk menghancurkan garis lintas musuh, pengintaian dan melakukan silent raids selama 28 tahun. KRI Pasopati 410 berbobot 1.300 ton, kini difungsikan sebagai monumen, di pinggiran Sungai Kalimnas.  Menarik karena kapal selam ini kuno, buatan Rusia tahun 1952 dan masih terawat baik. Panjangnya 76,6 meter dan terdiri dari tujuh ruangan utama. Kita bisa berkeliling melihat perlengkapan torpedo haluan, kasur gantung tempat tidur para ABK, dapur mini, dan meneropong lalulintas di seberang jalan menggunakan periskop.

Di bawah ini adalah beberapa tempat yag bisa di kunjungi selama di Surabaya:

Monumen Tugu Pahlawan
Jl. Pahlawan Surabaya
Tel/fax 031 3571100

Museum Sepuluh Nopember
Jl. Pahlawan Surobaya
Tel/fax 031 3571100

Museum WR Soepratman
Jl. Mangga 27, Tambaksari, Surabaya,
Tel +6231 5318524 (Disparta Kota Surabaya)

Monumen Kapal Selam
Rumah HOS Tjokroaminoto
Jl. Peneleh VII no 29-31, Peneleh, Genteng, Surabaya
Tel 081230866658 (Eko Hadi Ratno, Ketuo RT)

Monumen Kapal Selam
Jl. Pemuda 29 Surabaya
Tel 031-5490410

Topik Terkait

Sejarah NusantaraHiburanArkeologiSejarahWisataSurabaya

Topik Lanjutan