Saat bersaing untuk mendominasi dunia internet, perusahaan teknologi yang dulunya begitu dominan memangkas puluhan ribu pekerja dan memecat karyawan yang sudah mulai tua dan melanggar aturan diskriminasi usia. Setelah membaca ini diharapkan pembaca mendapatkan gambaran bagaimana sebuah bisnis mampu tetap bertahan.
Sebagai perusahaan teknologi dominan dunia, besar total gaji karyawan yang harus dibayar oleh IBM membengkak menjadi hampir seperempat juta pekerja kerah putih pada 1980. Laba bersih perusahaan saat itu membantu mendukung agenda luas kesetaraan ras, upah yang sama untuk wanita dan tawaran gaji besar yang tak terkalahkan dan jaminan pekerjaan sampai usia pensiun dan semuanya sebagai imbalan atas kesetiaan untuk tidak pindah keperusahaan lain dan mau berkorban bagi IBM.
Namun ketika teknologi tinggi tiba-tiba mulai bergeser dan perusahaan menjadi global, IBM menghadapi lanskap bisnis yang berubah dengan perbedaan yang tidak dimiliki oleh sebagian besar pesaing terberatnya yaitu sejumlah besar karyawan yang berpengalaman dan sudah mulai tua.
Perusahaan bereaksi dengan strategi yang dalam kata-kata dari satu dokumen perencanaan rahasia akan memperbaiki jumlah karyawan tua atau correct seniority mix. Itu berarti memangkas tenaga kerja IBM sebanyak tiga perempat dari puncaknya pada 1980 dan menggantikan sebagian besar dengan pekerja yang lebih muda, kurang berpengalaman dan dibayar lebih rendah dan mengoutsources banyak posisi ke luar negeri. ProPublica memperkirakan bahwa dalam lima tahun terakhir saja IBM telah memberhentikan lebih dari 20.000 karyawan Amerika berusia 40 tahun ke atas atau sekitar 60 persen dari perkiraan total pemutusan hubungan kerja di Amerika Serikat selama tahun-tahun tersebut.
Dalam melakukan PHK atau pemutusan hubungan kerja ini, IBM telah melanggar atau mengabaikan undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja karir yang telah setia dan loyal dari diskriminasi usia. Demikianlah temuan ProPublica terhadap dokumen internal perusahaan, pengajuan hukum dan catatan publik serta informasi yang diberikan melalui wawancara dan kuesioner yang diisi oleh lebih dari 1.000 mantan karyawan IBM.
Di antara temuan ProPublica terhadap pelanggaran IBM dalam mempertahankan keunggulan bisnisnya :
- Menolak memberikan informasi pekerja tua yang menurut undang-undang mereka butuhkan untuk memutuskan apakah mereka telah menjadi korban diskriminasi usia dan memaksa mereka untuk menandatangani pelepasan hak untuk ke pengadilan atau bergabung dengan orang lain untuk menuntut ganti rugi dan keadilan.
- Menargetkan orang untuk PHK dan pemecatan dengan teknik yang menjurus terhadap pekerja yang lebih tua bahkan ketika perusahaan menilai mereka berkinerja tinggi. Dalam beberapa kasus, uang yang dihemat dari pemecatan digunakan untuk mempekerjakan karyawan yang muda.
- Mengubah PHK menjadi pensiun dini dan mengambil langkah-langkah untuk mendorong karyawan melakukan pengunduran diri dan pemecatan. Langkah tersebut untuk mengurangi jumlah karyawan yang dapat dikategorikan sebagai PHK di mana jumlah yang tinggi dapat memicu persyaratan pengungkapan publik maupun kongres.
- Mendorong karyawan yang ditargetkan untuk dipecat untuk melamar keposisi IBM lainnya sambil diam-diam menasihati manajer untuk tidak menerima lamaran pekerjaan mereka dan meminta karyawan yang akan dipecat untuk melatih pengganti mereka.
- Memberitahu beberapa karyawan tua yang akan di PHK bahwa keterampilan mereka sudah ketinggalan zaman dan tidak diperlukan tetapi kemudian menyewa mereka kembali sebagai pekerja kontrak seringkali untuk pekerjaan yang sama dengan gaji lebih rendah dan tunjangan lebih sedikit.
IBM menolak permintaan untuk jumlah atau rincian usia pemutusan hubungan kerja. ProPublica memberi perusahaan ringkasan 10 halaman tentang temuannya dan bukti yang menjadi dasarnya. Juru bicara IBM Edward Barbini mengatakan bahwa untuk menanggapi tuduhan tersebut, perusahaan perlu melihat salinan dari semua dokumen yang dikutip dalam cerita, permintaan ProPublica tidak dapat dipenuhi tanpa melanggar kepercayaan dengan narasumbernya. Sebaliknya, ProPublica memberi IBM deskripsi terperinci tentang dokumen tersebut. Barbini menolak untuk membahas dokumen atau menjawab pertanyaan spesifik tentang kebijakan dan praktik perusahaan dan malah mengeluarkan pernyataan berikut:
“Kami bangga dengan perusahaan kami dan kemampuan karyawan kami untuk menemukan kembali diri mereka dari zaman ke zaman sambil selalu mematuhi hukum. Kemampuan kami untuk melakukan ini adalah mengapa kami adalah satu-satunya perusahaan teknologi yang tidak hanya bertahan tetapi berkembang selama lebih dari 100 tahun”
Dengan jumlah karyawan hampir 400.000 orang di seluruh dunia dan puluhan ribu orang di Amerika Serikat maka IBM tetap menjadi perusahaan raksasa. Cara menangani pergantian dari angkatan kerja baby-boom veteran ke generasi yang lebih muda kemungkinan besar akan ditiru oleh perusahaan lain. Dan cara perusahaan memperlakukan pekerja berpengalamannya pada akhirnya akan memengaruhi karyawan IBM yang lebih muda seiring bertambahnya usia.
Pengadilan Ikut Mendukung Diskriminasi Usia
Lima puluh tahun yang lalu, Kongres melarang Undang- Undang Diskriminasi Usia dalam Ketenagakerjaan atau Age Discrimination in Employment Act atau ADEA, untuk memperlakukan pekerja yang lebih tua secara berbeda dari yang lebih muda dengan hanya beberapa pengecualian seperti pekerjaan yang memerlukan kualifikasi fisik khusus. Dan selama bertahun-tahun, hakim dan pembuat kebijakan memperlakukan undang-undang tersebut pada dasarnya setara dengan larangan diskriminasi atas dasar ras, jenis kelamin, orientasi seksual, dan kategori lainnya.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir pengadilan telah menanggapi permintaan perusahaan raksasa untuk kelonggaran yang lebih besar untuk memenuhi persaingan global akan upah yang rendah dan memenuhi permintaan investor untuk meningkatkan laba bersih dengan memperluas pengecualian dan mengecilkan perlindungan terhadap diskriminasi usia .
“Diskriminasi usia adalah rahasia umum seperti pelecehan seksual sampai saat ini” kata Victoria Lipnic, penjabat ketua Komisi Kesempatan Kerja yang Setara atau Equal Employment Opportunity Commission atau EEOC, agen federal independen yang mengelola undang-undang anti diskriminasi tempat kerja negara.
“Semua orang tahu itu terjadi tapi seringkali kasus ini sulit dibuktikan karena pengadilan telah melemahkan hukum” kata Lipnic. “Faktanya tetap itu adalah cara yang tidak adil dan ilegal untuk memperlakukan orang yang dapat menghancurkan karyawan secara ekonomi demi keuntungan investor”
Fantasi Kerja Hingga Pensiun di IBM
Banyak perusahaan telah mengambil keuntungan dari putusan pengadilan. Tetapi kisah PHK massal di IBM memberikan gambaran yang sangat rinci tentang bagaimana sebuah perusahaan besar Amerika secara sistematis mengidentifikasi karyawan yang telah tua untuk membujuk atau memaksa keluar dari pekerjaan di usia 40, 50 dan 60 dimana waktu ketika banyak yang masih produktif dan membutuhkan gaji tetapi menghadapi masalah besar jika sampai di PHK yaitu rintangan menemukan pekerjaan yang sebanding sehingga para petinggi IBM telah ikut secara tidak langsung terlibat dalam pemiskinan sistimatis karyawan tua.
Dislokasi yang disebabkan oleh PHK di IBM sangat besar karena sampai saat ini perusahaan melalui HRDnya tetap mendorong karyawannya untuk bangga dan menganggap diri mereka sebagai IBMers sehingga banyak karyawan mereka yang mau mengorbankan hidup mereka dengan asumsi bahwa mereka memiliki pekerjaan sepanjang karir hingga pensiun nanti.
Ketika PHK tiba-tiba terjadi, IBM hampir tidak memberikan informasi tentang mengapa seorang karyawan diberhentikan atau siapa lagi yang pergi. IBM membiarkan orang mengumpulkan apa yang telah terjadi melalui situs web, listservs dan grup Facebook seperti “Watching IBM” atau “Geographically Undesirable IBM Marketers, serta kelompok pendukung informal lainnya.
Marjorie Madfis, pada saat itu berusia 57 tahun adalah ahli strategi pemasaran digital yang berbasis di New York dan telah menjadi karyawan IBM selama 17 tahun ketika dia dan enam anggota lain dari tim beranggotakan sembilan orang – semuanya wanita berusia 40 dan 50 diberhentikan pada Juli 2013. Dua yang tersisa adalah pria milenial yang lebih muda.
Karena spesialisasinya adalah salah satu yang dikatakan IBM sangat berkembang maka dia meminta penjelasan tertulis mengapa dia dipecat. HRD perusahaan menolak untuk menyediakan jawaban. “Mereka menyingkirkan sekelompok wanita yang sangat terampil, sangat efektif dan sangat dihormati, termasuk saya, karena alasan yang tidak diketahui siapa pun” kata Madfis dalam sebuah wawancara. “Satu-satunya penjelasan adalah usia kita”
Paul Henry, seorang spesialis penjualan dan teknis IBM berusia 61 tahun yang senang berada di jalan baru saja kembali ke rumahnya di Columbus dari perjalanan dinas pada Agustus 2016 ketika dia mengetahui bahwa dia telah di PHK. Ketika dia bertanya mengapa, dia mengatakan seorang eksekutif menyuruhnya untuk tutup mulut dan pergi diam-diam. Henry menganggur lebih dari setahun, menghabiskan sebagian besar tabungannya untuk menutupi KPR rumahnya dan asuransi kesehatan dan melamar lebih dari 150 pekerjaan sebelum dia menemukan slot karyawan kontrak.
“Jika Anda berusia di atas 55 tahun, lupakan persiapan pensiun” katanya dalam sebuah wawancara. “Anda harus bersiap untuk kehilangan pekerjaan dan menghabiskan setiap sen yang Anda tabung hanya untuk pensiun”
“Dalam ekonomi yang bergerak cepat, para pemimpin perusahaan akan selalu tergoda untuk mengganti pekerja yang lebih tua dengan yang lebih muda, pekerja yang lebih mahal dengan yang lebih murah supaya mereka mendapatkan bonus kinerja, mereka yang berperforma baik dan stabil dengan pekerja yang lebih muda serta dianggap mengikuti tren” kata Joseph Seiner, seorang profesor hukum ketenagakerjaan di University of South Carolina dan mantan pengacara banding untuk EEOC.
Kegagalan Eksekutif IBM Harus Dibayar Mahal Oleh Karyawannya
Namun dalam satu dekade, para eksekutif IBM telah gagal bukan hanya sekali tetapi tiga kali dengan cara yang akan merugikan perusahaan dan karyawannya. Pertama, ia gagal menanggapi pergeseran produk utama di balik teknologi chip baru yang pertama kali memasuki kehidupan manusia sebagai inti dari kalkulator saku dan jam tangan digital murah dan memungkinkan komputer pribadi yang semakin kuat dan komputer network akan melemahkan bisnis mainframe perusahaan.
Kedua, para eksekutif HR juga salah menilai reaksi karyawan bahwa mereka mau merubah ke jenis pensiun yang tidak lagi memberi penghargaan kepada pekerja yang lebih tua dan bekerja lama dengan kata lain mendapatkan pensiun lebih sedikit, hanya orang bodoh yang bersedia menerima skema seperti ini. Pekerja IBM menanggapi dengan tuntutan hukum yang memaksa perusahaan untuk membayar lebih dari $300 juta dan mengembalikan pensiun tradisional yang mahal untuk lebih dari 100.000 karyawan.
Ketiga adalah pada tahun-tahun awal pergantian abad ini, IBM tertinggal lagi karena gagal merancang penggunaan inovatif dengan cepat untuk internet seperti saingan barunya yaitu Google, Facebook dan Amazon. Ketika para eksekutif IBM menyadari kesalahannya maka mereka mulai berubah pikiran tentang harga kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada karyawannya yang telah lama bekerja dan selalu mengikuti arahan pada petinggi IBM ini.
Strategi CEO Boomer Jadi Penyelamat IBM
CEO IBM Virginia “Ginni” Rometty yang lahir pada tahun 1957 dan merupakan generasi boomer IBM, mengambil alih pimpinan pada tahun 2012 maka perusahaan telah mengalihkan fokus personelnya kegenerasi milenial. Rometty meluncurkan perombakan besar-besaran yang bertujuan menjadikan IBM pemain utama dalam teknologi baru layanan cloud, analitik data besar, seluler, keamanan dan media sosial atau yang kemudian dikenal di dalam sebagai CAMS. Pada saat yang sama dia berusaha untuk secara tajam meningkatkan perekrutan orang yang lahir setelah tahun 1980 yang umumnya jauh lebih inovatif dan menerima teknologi daripada generasi baby boomer.
Sebelum keluhan tersebut “Karyawan Boomer IBM – diberi label di IMB sebagai tidak kolaboratif, skeptis terhadap kepemimpinan, tidak canggih secara teknologi, kurang inovatif dan umumnya memiliki hubungan batin dengan merek, pelanggan dan tujuan IBM.
Pesannya jelas. Untuk berhasil dalam teknologi baru maka perusahaan harus, dalam kata-kata presentasi menjadi satu dengan pola pikir Milenial. Bahasa serupa ditemukan dalam berbagai presentasi IBM di tahun-tahun berikutnya .
Bahkan sebelum konferensi New York, IBM telah memulai upaya besar untuk merekrut karyawan milenial. Ini meluncurkan sebuah blog “ Pengalaman Milenial ” dan tagar di Twitter #IBMilennial.” Dia juga memulai kampanye iklan online dan cetak yang terutama menampilkan kaum muda dan membentuk “Korps Milenial” jaringan lebih dari 5.000 anak muda IBM yang menurut Rometty dan eksekutif puncak lainnya akan mereka ajak berkonsultasi secara teratur sebelum membuat keputusan bisnis. Para eksekutif puncak IBM itu juga telah meningkatkan manfaat yang ditawarkan pada milenial secara tajam seperti cuti melahirkan, terutama penting bagi karyawan yang lebih muda dengan mengorbankan manfaat yang didapat oleh karyawan tua yang telah ikut loyal membesarkan perusahaan.
Inisiatif CEO Virginia Rometty memenangkan pujian IBM dari kelompok pejuang wanita, organisasi lesbian, gay, biseksual dan transgender, asosiasi hak asasi manusia dan disabilitas yang sejak dulu memang mengadvokasi hampir setiap kelas orang yang dilindungi di bawah undang-undang kesempatan kerja yang setara di Amerika Serikat.
Dan seluruh upaya itu dipandu oleh sesuatu yang dikatakan oleh ahli strategi merek IBM saat itu, Bill Grady pada konferensi tahun 2014: “Apa yang baik untuk Generasi Milenial adalah baik untuk semua orang”. Apakah kebaikan ini termasuk juga PHK massal dan diskriminasi usia?
Strategi Menyelamatkan Diri Dari Gugatan Hukum
Bagaimana IBM mengatasi persyaratan hukum untuk pengungkapan? Dengan langkah yang bahkan diakui oleh para kritikus adalah strategi cerdik.
Dokumen pemecatan perusahaan sebelum tahun 2014 mewajibkan karyawan yang menerima pesangon untuk membebaskan semua klaim diskriminasi berdasarkan ras, asal kebangsaan, keturunan, warna kulit, kepercayaan, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, kehamilan, status perkawinan, usia, kecacatan, kondisi medis, atau status veteran.” Dokumen baru menghapus usia dari daftar pengabaian. Faktanya, mereka secara khusus mengatakan bahwa karyawan tidak melepaskan hak mereka terhadap diskriminasi usia dan dapat mengajukan kasus diskriminasi usia terhadap perusahaan.
Namun, dokumen baru menambahkan bahwa karyawan harus melepaskan hak untuk membawa kasus diskriminasi usia mereka ke pengadilan dan mereka harus mengejar keadilan melalui arbitrase pribadi serta wajib merahasiakannya dan mengejarnya secara individu. Jadi mereka tidak bisa bergabung dengan pekerja lain untuk membuat kasus.
Dengan adanya dokumen baru, IBM tidak lagi meminta pekerja yang diberhentikan untuk menandatangani pelepasan hak mereka untuk menuntut tentang diskriminasi usia sehingga persyaratan pengungkapan dalam amandemen undang-undang usia tahun 1990 tidak lagi dapat diterapkan dalam kasus PHK karena diskriminasi usia.
Proses Arbitrasi Lebih Menguntungkan Perusahaan
Dalam hubungan mereka dengan pekerja dan pelanggan, perusahaan-perusahaan Amerika semakin banyak menggunakan arbitrasi karena berpendapat bahwa prosesnya adil dan menghemat waktu dan biaya hukum yang ringan bagi semua pihak. Mahkamah Agung telah berulang kali memperluas hak perusahaan untuk meminta agar perselisihan diselesaikan oleh arbiter daripada hakim.
Dalam hal klaim pekerjaan, penelitian telah menemukan bahwa arbiter sangat menyukai dan memihak perusahaan. Penelitian oleh spesialis hukum dan hubungan perburuhan Universitas Cornell Alexander Colvin menemukan bahwa pekerja hanya menang 19 persen dari ketika kasus mereka diadili oleh pengadilan umum. Sebaliknya mereka menang 36 persen saat mereka pergi ke pengadilan federal dan 57 persen di pengadilan negara bagian. Pembayaran ganti rugi rata-rata ketika seorang karyawan menang mengikuti pola yang sama yaitu lebih kecil ketika menggunakan arbitrasi.
Sumber : CUTTING ‘OLD HEADS’ AT IBM